Bukan menjadi rahasia lagi kalau rokok bisa memicu berbagai macam
penyakit. Tapi hal ini sepertinya diabaikan oleh para perokok, karena
banyak perokok yang tidak takut dengan ancaman kesehatan dari rokok.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia menempati urutan ketiga dengan konsumsi rokok terbanyak di dunia setelah China dan India, karena pertumbuhan jumlah perokok generasi baru di Indonesia meningkat dengan cepat.
PLT Menkes RI Prof Ali Gufron menuturkan ratusan jurnal ilmiah sudah menunjukkan bahaya dari merokok terhadap kesehatan, tapi bahaya ini seakan tidak pernah ditakuti oleh para perokok karena tetap saja melakukan kebiasaan tersebut.
"Bahkan beberapa orang yang kita lihat seharusnya memahami masih meragukan apa betul rokok ini mengakibatkan efek yang sangat negatif termasuk kanker paru dan yang lain," ujar Prof Ali Gufron, dalam acara penyerahan penghargaan pada dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DrPH di gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis (7/6/2012).
Sebuah studi yang dimuat dalam British Medical Journal (BMJ) menunjukkan dokter yang merokok umumnya memiliki usia yang lebih pendek dibanding dengan nonmerokok, hasil ini kemudian divalidasi oleh studi lain.
Prof Ali sendiri punya pengalaman rekannya yang seorang profesor epidemis yang merokok luar biasa. Ia sudah menyampaikan bahwa rokok bisa mengakibatkan kanker paru, tapi sang profesor menyatakan risikonya 1 dari 1.000 orang, sayangnya profesor itu termasuk yang 1 itu dan sekarang sudah almarhum.
"Ini satu bukti yang sekali lagi menunjukkan masih banyak masyarakat kita yang belum percaya atau yakin bahwa rokok ini akibatnya luar biasa, kita amat prihatin," ungkapnya.
Terlebih beberapa perokok kadang suka mengambil contoh dari orang yang merokok beberapa tahun tapi tidak sakit atau meninggal, padahal kondisi ini tidak adil karena melihatnya sebagai kasus bukan populasi. Sedangkan jika dilihat dari populasi orang yang meninggal akibat rokok jumlahnya banyak sekali.
Untuk itu diperlukan adanya peraturan pengendalian tembakau ini untuk melindungi anak-anak dan generasi muda agar tidak terjerumus menjadi pecandu rokok, sehingga bisa menciptakan generasi bangsa yang sehat dan kuat.
"Memang RPP ini tidak begitu mudah dan jalannya proses ini tidak begitu cepat. Melewati perjalanan panjang dengan hambatan dan tantangan, kami semua berdoa dan semoga perjalanan dari RPP ini bisa lari dengan cepat," ujar Prof Ali Gufron.
Berdasarkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia menempati urutan ketiga dengan konsumsi rokok terbanyak di dunia setelah China dan India, karena pertumbuhan jumlah perokok generasi baru di Indonesia meningkat dengan cepat.
PLT Menkes RI Prof Ali Gufron menuturkan ratusan jurnal ilmiah sudah menunjukkan bahaya dari merokok terhadap kesehatan, tapi bahaya ini seakan tidak pernah ditakuti oleh para perokok karena tetap saja melakukan kebiasaan tersebut.
"Bahkan beberapa orang yang kita lihat seharusnya memahami masih meragukan apa betul rokok ini mengakibatkan efek yang sangat negatif termasuk kanker paru dan yang lain," ujar Prof Ali Gufron, dalam acara penyerahan penghargaan pada dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DrPH di gedung Kemenkes, Jakarta, Kamis (7/6/2012).
Sebuah studi yang dimuat dalam British Medical Journal (BMJ) menunjukkan dokter yang merokok umumnya memiliki usia yang lebih pendek dibanding dengan nonmerokok, hasil ini kemudian divalidasi oleh studi lain.
Prof Ali sendiri punya pengalaman rekannya yang seorang profesor epidemis yang merokok luar biasa. Ia sudah menyampaikan bahwa rokok bisa mengakibatkan kanker paru, tapi sang profesor menyatakan risikonya 1 dari 1.000 orang, sayangnya profesor itu termasuk yang 1 itu dan sekarang sudah almarhum.
"Ini satu bukti yang sekali lagi menunjukkan masih banyak masyarakat kita yang belum percaya atau yakin bahwa rokok ini akibatnya luar biasa, kita amat prihatin," ungkapnya.
Terlebih beberapa perokok kadang suka mengambil contoh dari orang yang merokok beberapa tahun tapi tidak sakit atau meninggal, padahal kondisi ini tidak adil karena melihatnya sebagai kasus bukan populasi. Sedangkan jika dilihat dari populasi orang yang meninggal akibat rokok jumlahnya banyak sekali.
Untuk itu diperlukan adanya peraturan pengendalian tembakau ini untuk melindungi anak-anak dan generasi muda agar tidak terjerumus menjadi pecandu rokok, sehingga bisa menciptakan generasi bangsa yang sehat dan kuat.
"Memang RPP ini tidak begitu mudah dan jalannya proses ini tidak begitu cepat. Melewati perjalanan panjang dengan hambatan dan tantangan, kami semua berdoa dan semoga perjalanan dari RPP ini bisa lari dengan cepat," ujar Prof Ali Gufron.